Assalamu'alaykum wr wb

ni die blog aku Punya...
Semoga Isi di dalamnya bermanfaat untuk teman-teman, kakak-kakak, adik-adik, embah-embah, semuanya aja....
kalau aja ada statement yg gak banget tuk dibaca, saya selaku pemilik sekaligus penulis sekaligus pengelola blog ini minta maaPh yang segeDhe gedHenya....OK!!!
Keep Smile anD Keep fIgHT...
ALWAys do the besT, ALthougH we areN't The besT...

Senin, Juli 06, 2009

PENGARUH INOKULASI DAN VARIETAS TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI (Glysin max. L (Meril)

ACARA I
PENGARUH INOKULASI DAN VARIETAS TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI
(Glysin max. L (Meril)

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Kebutuhan akan pangan sangatlah penting. Kita ketahui bahwa pangan merupakan kebutuhan manusia yang paling azasi, sehingga ketersediaan pangan bagi masyarakat harus selalu terjamin. Beras sebagai pangan pokok sebagian besar masyarakat Indonesia dituntut tersedia dalam jumlah/ kuantitas yang seimbang, berkualitas, serta terjangkau (Rachman dkk, 2003).
Salah satu tanaman pangan yang berkembang di Indonesia adalah kedelai (Glysin max. L (Meril). Di Indonesia sendiri terdapat beragam jenis kedelai, seperti kedelai hitam, kedelai putih dan lain sebagainya. Kedelai banyak mengandung metabolit primer seperti protein 42% dan lemak 18% sehingga kedelai digunakan sebagai bahan utaman lauk pauk.
Gardner, dalam bukunya Soy Bean Breading for Multiple and Intensive Cropping System, menyebutkan bahwa kedelai merupakan tanaman polong-polongan yang menjadi bahan dasar dalam pembuatan makanan seperti kecap, tahu maupun tempe. Varietas kedelai putih (Glysin max) memiliki ciri morfologi berwarna putih yang bijinya bisa berwarna kuning (seperti kedelai pada umumnya, yang sering terlihat di pasaran) sedangkan untuk Glysin soja (kedelai hitam) memiliki ciri morfologi, bijinya berwarna hitam
Peningkatan produksi kedelai dapat dilakukan dengan inokulasi benih dengan inokulum Rhizobium. Inokulum ini bertujuan untuk meningkatkan perbintilan akar, dimana bintil akar ini hasil simbiosis bakteri Rhizobium dengan tanaman kedelai dan merupakan tempat hidup bagi bakteri Rhizobium yang mampu mengikat Nitrogen udara, sehingga menyediakan kebutuhan akan N bagi tanaman kedelai.
Produksi kedelai yang belum maksimal menyebabkan kebutuhan akan kedelai bagi masyarakat Indonesia belum tercukupi dan swasembada kedelaipun belum terpenuhi. Padahal kita tahu akan permintaan kedelai semakin meningkat seiring bertambahnya waktu.
2. Tujuan Praktikum
Praktikum acara inokulasi kedelai, bertujuan untuk :
a. Mempelajari dan mengetahui pertumbuhan vegetatif kedelai.
b. Mengetahui pengaruh pemberian inokulan terhadap perbintilan akar. tanaman kedelai
3. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum acara Inokulasi Kedelai dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2009 di lahan Fakultas Pertanian Universitas Pertanian UNS, Kecamatan Jumantono, Kabupaten Karanganyar.
B. Tinjauan Pustaka
Mengatasi keterbatasan unsur hara, seperti Nitrogen pada lahan kering, hal yang dapat dilakukan adalah dengan pemupukan, karena kedelai merupakan tanaman legum yang mampu bersimbiosis dengan bakteri Rhizobium japonicum L. dan akhirnya membentuk bintil akar, dan mampu mengikat nitrogen di udara (Gardner et al, 2000).
Kedelai adalah tanaman serbaguna. Hal tersebut dapat dilihat dari morfologi kedelai itu sendiri. Akar dari kedelai memiliki bintil sebagai pengikat nitrogen bebas, dimana bintil tersebut ada yang efektif maupun non efektif. Tanaman kedelai juga memilki kandungan protein tinggi sebesar 42%, sehingga dedaunannya dapat dimanfaatkan sebagai pupuk hijau dan bagus untuk ternak. Biji dari kedelai juga memilliki multi fungsi, yaitu digunakan sebagai bahan dasar tempe, tahu, susu, kecap dan lain sebagainya. Selain itu kandungan isoflavon di dalam kedelai dimanfaatkan untuk menimbun lemak serta menghancurkan lemak pada lingkar pinggang. Sehingga kedelai banyak dimanfaatkan sebagai makanan diet yang baik (Anonima, 2009).
Amerika serikat merupakan negara penghasil kedelai terbesar di dunia. Kedelai merupakan tanaman hari panjang, sehingga sangat cocok dibudidayakan di Amerika serikat yang juga memiliki empat musim. Di Indonesia yang merupakan hari pendek, budidaya kedelaipun dapat dilakukan, walaupun hasilnya tidak sebagus di Amerika. Di Indonesia, kedelai dimanfaatkan sebagai sumber gizi/ protein utama dan tidak digunakan untuk keperluan industri (Suroto, 2001).
Kedelai dengan nama latin Glysin max merupakan tanaman asli Asia subtropik seperti Tiongkok dan Jepang bagian selatan. Sementara untuk Glisin soja merupakan kedelai hitam yang berasal dari daerah Asia tropis atau Asia tenggara. Dimana, tanaman kedelai banyak mengandung protein nabati dan minyak nabati dunia yang bermanfaat bagi manusia (Yutono, 2001).
Kedelai memiliki jenis yang sangat beragam, seperti kedelai hitam, kedelai putih dan lain sebagainya. Kedelai banyak mengandung metabolit primer seperti protein 42% dan lemak 18% sehingga kedelai digunakan sebagai bahan utaman lauk pauk. Varietas kedelai putih (Glysin max) memiliki ciri bijinya bisa berwarna kuning, sedangkan untuk Glysin soja (kedelai hitam) memiliki ciri morfologi, bijinya berwarna hitam (Anonimb, 2009).
C. Alat Bahan dan Cara Kerja
1. Alat
Pisau/ cutter Sekop/ cethok
Alat tulis Papan nama
Rafia Meteran
Tugal
2. Bahan
Kedelai
Tanah/ lahan
3. Cara Kerja
a. Menyiapkan lahan dan petak tanam dengan ukuran 3 x 3 m.
b. Membasahi benih kedelai dengan air kemudian mencampurnya dengan legin dan mengangin-anginkannya selama satu jam.
c. Menanam benih kedelai masing-masing dua-tiga biji perlubang tanam dengan jarak 25 x 25 cm.
d. Melakukan penyirama setiap hari.
e. Melakukan penyulaman setelah satu minggu.
f. Melakukan pengamatan tinggi tanaman setiap minggunya pada enam tanaman sampel.
g. Melakukan pengamatan pada 42 HST, meliputi jumlah bintil akar keseluruhan (efektif dan non-efektif).
D. Hasil dan Pembahasan
1. Hasil
Tabel 1.1 Data Rekapan Kedelai
Rplik Var Ino tnggi mncul Jml
cab jml
pol Berat 100 efektif Non
efktif jml
biji BKA Lgin+var repli
1 1 0 15,56 35 2,8 5,0 3,36 0 1 2 0,358 1
2 1 0 28,36 35 2,4 52,0 13,84 2 3 3 0,920 1
1 1 1 27,16 42 7,0 20,5 16,21 2 0 2 1,002 2
2 1 1 28,36 42 4,0 5,0 24,73 0 0 2 0,260 2
1 2 0 25,75 35 6,0 40,0 15,13 5 1 2 1,490 11
2 2 0 36,60 42 9,5 16,0 4,01 9 0 2 0,450 11
1 2 1 27,33 42 16 35,0 7,09 34 12 3 0,740 12
2 2 1 30,80 42 4,3 51,8 3,05 4 1 3 0,430 12
Sumber : Data Rekapan








2. Pembahasan
Inokulasi merupakan usaha yang dilakukan untuk meningkatkan hasil produksi. Dari hasil praktikum inokulasi kedelai, dapat dilihat bahwa pemberian inokulan berpengaruh terhadap tinggi tanaman kedelai. Pada varietas 1 pada benih yang tidak diinokulasi dapat terlihat bahwa tinggi untuk tanaman kedelai sebesar 15,56 cm. Sedang tetap pada varietas 1 dan benih diinokulasi, hasilnya lebih tinggi, yaitu sebesar 27,16 cm. Hal tersebut juga dapat dikuatkan dengan perlakuan yang lain. Pada varietas 2, benih kedelai yang tidak diinokulasi memiliki tinggi tanaman 25,75 cm sedangkan untuk kedelai yang diinokulasi tingginya mencapai 27,33 cm.
Perbedaan tinggi tanaman kedelai hasil praktikum, selain pemberian inokulum, faktor yang mempengaruhi tinggi kedelai adalah varietas dari kedelai tersebut. Pada hasil praktikum diperoleh bahwa varietas 2 lebih unggul dalam hal tinggi tanaman dibanding varietas 1.
Dalam bukunya, Gardner (2000) menjelaskan bahwa, Rhizobium yang bersimbiosis dengan tanaman kedelai, tanaman kedelai ini nantinya akan memperoleh asam amino. Asam amino dimanfaatkan tumbuhan dalam hubungannya dengan proses pertumbuhan, khususnya tinggi tanaman. Karena, asam amino akan menyebabkan peningkatan pada fotosintesis. Tanaman akan terlihat lebih hijau karena pasokkan nitrogen yang optimal.
Pertumbuhan generatif tanaman ditunjukkan dengan tumbuhnya bunga. Saat muncul bunga pada tanaman kedelai, pada varietas 1 waktu yang diperlukan untuk muncul bunga lebih sedikit dari varietas 2. Varietas satu memerlukan waktu 35, 28, 42 dan 42 hari. Sedangkan untuk varietas dua memerlukan waktu 35, 42, 42, dan 42 hari.
Jika dilihat dari perlakuan pemberian inokulum, dapat diketahui bahwa dengan pemberian inokulum, waktu yang diperlukan saat muncul bunga lebih lama dari perlakuan tanpa inokulum. Dapat disimpulkan bahwa pemberian inokulum menyebabkan pertumbuhan generatif semakin lama. Hal ini disebabkan karena pemberian inokulum menjadikan pertumbuhan vegetatif semakin cepat sedangkan generatif lebih lama, karena dengan pemberian inokulum, tanaman kedelai bersimbiosis dengan Rhizobium yang mampu mengikat nitrogen di udara, sedangkan nitrogen merupakan salah satu unsur hara makro yang dibutuhkan untuk mempercepat pertumbuhan vegetatif (Rachman, 2001).
Jumlah cabang pada tanaman kedelai bervariasi. Pada varietas 1 tanpa inokulum rata-rata jumlah cabang sebesar 2,6 sedangkan untuk perlakuan dengan inokulum rata-rata jumlah cabang sebesar 5,5. Pada varietas 2 perlakuan tanpa inokulum, didapat jumlah cabang rata-rata adalah sejumlah 7,75 dan perlakuan dengan inokulum sejumlah 10,15. Jadi, jumlah cabang terbesar yaitu pada varietas 2 dan dengan benih yang diinokulasi.
Apabila dikaitkan dengan jumlah polong pertanaman. Rata-rata jumlah polong tanaman varietas 1 tanpa inokulasi adalah sejumlah 28,5. sedangkan untuk perlakuan yang diinokulasi sejumlah 12,7. Pada varietas 2 jumlah polong tanpa inokulasi adalah sejumlah 28, sedangkan untuk perlakuan dengan inokulasi adalah sejumlah 43,4. Hal tersebut membuktikan bahwa varietas 2 dan dengan benih yang diinokulasi memberikan jumlah polong yang terbesar.
Tanaman legum yang mampu bersimbiosis dengan bakteri Rhizobium japonicum L. dan akhirnya membentuk bintil akar, dan mampu mengikat nitrogen di udara. Dari data yang diperoleh, didapatkan bintil efektif pada varietas 1 tanpa inokulum rata-ratanya sejumlah 1 dan rata-rata jumlah bintil tidak efektif adalah 2, sedangkan pada tanaman dengan inokulum rata-rata bintil akar efektif sejumlah 1 dan tidak efektif sejumlah 2. Pada varietas 2 pada perlakuan tanpa inokulum didapat rata-rata bintil efektif sejumlah 7 dan rata-rata jumlah bintil tidak efektifnya 2. Untuk tanaman dengan inokulum rata-rata jumlah bintil efektif dan tidak efektif berturut-turut sejumlah 19 dan 3. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan dengan benih yang diinokulasi dapat memberikan hasil yang baik (Gardner et al, 2000).
Berat kering akar kedelai dari tanaman tanpa inokulum dengan benih berinokulum, didapat berat kering tertinggi pada perlakuan dengan inokulum (untuk varietas 1), sedang untuk varietas 2, didapatkan berat kering tertinggi pada perlakuan tanpa inokulum.
Pertumbuhan vegetatif pada kedelai dapat dilihat dari tinggi tanaman kedelai, jumlah daun dan jumlah cabang (sebelum muncul bunga). Lama fase vegetatif beragam, pada tanaman kedelai tanpa inokulan fase vegetatif kurang lebih 35 HST, sedangkan pada perlakuan dengan inokulan mencapai 42 HST.
Anova antara tinggi kedelai dengan varietas, menunjukkan tidak berbeda nyata. Didapat P=0,230, jadi varietas tidak mempengaruhi tinggi tanaman kedelai. Karena tinggi atau tidaknya tanaman kedelai, dipengaruhi oleh pemupukan, pemeliharaan dan perawatan kedelai. Anova tinggi tanaman kedelai terhadap inokulasi tidak memberikan pengaruh nyata pula. Hal ini berarti pemberian inokulan tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman kedelai. Diperoleh nilai P = 0,591.
Nilai P dari anova saat muncul bunga terhadap varietas, tidak memberikan pengaruh nyata. Nilai P=0,390. Hal ini dikarenakan, muncul tidaknya bunga tergantung pemberian nutrisi/ hara yang dibutuhkan oleh tanaman kedelai.
Inokulasi memberikan pengaruh yang nyata terhadap saat muncul bunga tanaman kedelai. Hal tersebut dapat ditunjukkan dengan nilai P=0,0050 pada anova. Waktu yang diperlukan saat muncul bunga untuk kedelai dengan perlakuan inokulum, lebih lama dari perlakuan tanpa inokulum.
Jumlah cabang tidak memberikan pengaruh nyata terhadap varietas maupun dengan inokulasi. Begitu pula dengan jumlah polong pertanaman juga tidak memberikan pengaruh nyata baik terhadap varietas maupun inokulasi. Jumlah polong dipengaruhi oleh dosis pupuk yang tepat serta pemeliharaan tanaman. Jadi, dengan ditambahkannya inokulan, tidak memberikan pengaruh yang signifikan. Walaupun di dalam rekapan data diperoleh hasil, bahwa varietas 2 dengan benih yang diinokulasi memberikan jumlah polong yang paling banyak. Kalaupun memberikan pengaruh seperti pada data tersebut, sifatnya hanya relatif .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar