Assalamu'alaykum wr wb

ni die blog aku Punya...
Semoga Isi di dalamnya bermanfaat untuk teman-teman, kakak-kakak, adik-adik, embah-embah, semuanya aja....
kalau aja ada statement yg gak banget tuk dibaca, saya selaku pemilik sekaligus penulis sekaligus pengelola blog ini minta maaPh yang segeDhe gedHenya....OK!!!
Keep Smile anD Keep fIgHT...
ALWAys do the besT, ALthougH we areN't The besT...

Senin, Juli 06, 2009

PENGARUH PUPUK NITROGEN DAN VARIETAS TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PADI (Oryza sativa L.)

ACARA IV
PENGARUH PUPUK NITROGEN DAN VARIETAS TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PADI (Oryza sativa L.)

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Padi yang memiliki nama latin Oryza sativa, merupakan tanaman pangan nomor satu di Indonesia. Namun padi juga banyak dikonsumsi selain di Indonesia. Seperti negara Thailand yang merupakan lumbung padi Asia. Padi merupakan salah satu tanaman monokotil dan memiliki akar serabut, batang beruas, pertulangan daun sejajar dan biji berkeping satu.
Indonesia dengan rata-rata pertumbuhan penduduk 1,7 persen per tahun dan luas areal panen 11,8 juta hektar dihadapkan pada ancaman rawan pangan pada tahun 2030. Ketahanan pangan merupakan program utama pemerintah untuk mencukupi kebutuhan pangan seluruh penduduk yang menyangkut ketersediaaan dan keterjangkauan pangan dalam jumlah cukup serta bermutu. Program ini meliputi aspek pasokan yang mencakup produksi dan distribusi, aspek daya beli, dan keterjangkauan setiap penduduk terhadap pangan. Target dari program ketahanan pangan adalah meningkatkan produksi padi nasional agar seluruh kebutuhan beras dapat dipenuhi dari dalam negeri.
Krisnamurthi (2006), menjelaskan bahwa usaha peningkatan produksi padi dilakukan dengan peningkatan produktivitas padi di daerah yang belum optimal. Kendala yang ditemui dalam usaha peningkatan produktivitas padi tersebut adalah terbatasnya terobosan teknologi baru khususnya varietas unggul serta alih fungsi lahan subur untuk kepentingan industri, perumahan dan penggunaan lahan non pertanian lainnya.
Peningkatan luasan lahan pertanian dari tahun ke tahun mengalami penurunan, dengan prosentase 0,17% per tahun. Alih fungsi lahan mengakibatkan penurunan areal panen sebesar 0,9 persen di Indonesia (Wiganda, 2006).
2. Tujuan Praktikum
Praktikum acara pengamatan pertumbuhan tanaman padi (oryza sativa L), bertujuan untuk :
a. Mengenal dan mengetahui morfologi dan taksonomi tanaman padi.
b. Mengenal dan mengetahui fase-fase tanaman padi.
c. Menghitung anakan tanaman padi
3. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum acara pengamatan pertumbuhan tanaman padi (oryza sativa l), dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2009 di lahan Fakultas Pertanian Kecamatan Jumantono, Kabupaten Karanganyar.
B. Tinjauan Pustaka
Pangan merupakan kebutuhan manusia yang paling azasi, sehingga ketersediaan pangan bagi masyarakat harus selalu terjamin. Beras sebagai pangan pokok sebagian besar masyarakat Indonesia dituntut tersedia dalam jumlah yang cukup, berkualitas, serta terjangkau. Kebutuhan beras nasional meningkat setiap tahunnya seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Kebutuhan beras nasional pada tahun 2007 mencapai 30,91 juta ton dengan asumsi konsumsi per kapita rata-rata 139 kg per tahun (Anonima, 2009).
Komoditas Padi di Indonesia, diantaranya ada padi pera, yaitu padi dengan kadar amilosa pada pati lebih dari 20% pada berasnya. Butiran nasinya jika ditanak tidak saling melekat. Lawan dari padi pera adalah padi pulen. Sebagian besar orang Indonesia menyukai nasi jenis ini dan berbagai jenis beras yang dijual di pasar Indonesia tergolong padi pulen. Penggolongan ini terutama dilihat dari konsistensi nasinya. Kedua yaitu Ketan (sticky rice), baik yang putih maupun merah/hitam, sudah dikenal sejak dulu. Padi ketan memiliki kadar amilosa di bawah 1% pada pati berasnya. Patinya didominasi oleh amilopektin, sehingga jika ditanak sangat lekat (Anonimb, 2009).
Fase pertumbuhan tanaman padi diantaranya periode vegetatif dan periode generatif. Periode vegetatif meliputi fase perkecambahan dan pembentukan anakan. Sedangkan periode generatif, meliputi fase masak susu, masak gabah/ kuning dan kelewat masak. Bagian tanaman padi secara morfologi, terdiri atas : akar, batang, pelepah, helaian daun, lidah daun/ ligula auricula/ telinga daun, bendera, buah dan bunga (Suardi, 2000).
Setiap bunga padi memiliki enam kepala sari. Kepala putik bercabang dua berbentuk seperti sikat botol. Kedua organ ini umumnya siap reproduksi dalam waktu yang bersamaan. Beberapa genotip padi yang ditanam di lahan pasang surut menghasilkan hasil yang berada di bawah rata-rata hasil pada lahan yang tidak tercekam. Tidak semua genotip tanaman padi cocok dengan lingkungannya (Hidayat, 2002).
Dari segi produksi, padi merupakan tanaman yang mempu melakukan penyerbukan sendiri, karena 95% atau lebih serbuk sari yang membuahi sel telur tanaman yang sama. Setelah terjadi pembuahan, zigot dan anti polar yang telah dibuahi segera membelah diri (Bucle et al, 2000).
Zigot akan berkembang membentuk embrio dan inti polar menjadi endospermia. Pada akhir perkembangan, sebagian besar bulir mengandung pati, yaitu di bagian endospermia. Tanaman padi yang masih muda, pati difungsikan sebagai cadangan makanan. Dan untuk manusia, pati dimanfaatkan sebagai sumber gizi dan karbohidrat (Suriadi, 2008).
C. Alat , Bahan dan Cara Kerja
1. Alat
Polybag
Cetok
2. Bahan
Tanah Dua varietas padi
Pupuk urea Pupuk KCL
Pupuk SP-36


3. Cara Kerja
a. Menyiapkan bibit padi dengan beberapa varietas yang berbeda.
b. Menyiapkan polybag dengan ukuran 30 x 20 cm, kemudian diisi dengan media tanam yang terdiri atas tanah dan kompos dengan perbandingan 2 : 1
c. Menyiram hingga lewat jenuh, tinggi air kira-kira 5 cm.
d. Menanam bibit padi dengan polybag.
e. Memupuk tanaman sesuai perlakuan.
f. Melakukan penyiraman setiap hari.
g. Memilih salah satu tanaman terbaik per lubang tanam setelah 1 minggu (penyulaman).
h. Melakukan pengamatan : tinggi tanaman, jumlah anakan, saat berbunga, panjang malai, jumlah biji per malai, berat biji per tanaman, berat 100 biji, hasil biji kering per rumpun.
D. Hasil dan Pembahasan
1. Hasil
Tabel 4. 1 Data Rekapan Padi
Varietas Dosis pupuk Replik Tinggi Jumlah anakan
1 0 1 64,5 5
1 0 2 64 2
1 0 3 52 3
1 100 1 93 10
1 100 2 85 14
1 100 3 89 12
1 150 1 78 12
1 150 2 85 8
1 150 3 78 13
1 200 1 83 13
1 200 2 90 13
1 200 3 92 24
1 250 1 91 19
1 250 2 93 10
1 250 3 115 7
2 0 1 72,5 2
2 0 2 66 0
2 0 3 74 2
2 100 1 87 28
2 100 2 87,5 14
2 100 3 86 12
2 150 1 100,5 13
2 150 2 85,5 7
2 150 3 93 10
2 200 1 90,5 14
2 200 2 75 12
2 200 3 91 8
2 250 1 87 8
2 250 2 96,5 10
2 250 3 83 18
Sumber : data rekapan

2. Pembahasan
Padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu jenis tanaman semusim dan tanaman pangan utama di Indonesia. Taksonomi dari tanaman padi, antara lain sebagai berikut :
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Gramineales
Famili : Gramineae
Genus : Oryza
Spesies : Oryza sativa L.
Varietas tanaman padi yang digunakan adalah varietas IR.64 dan varietas menthik dengan perlakuan N0 (tanpa pupuk urea), N1 (dengan 100 kg urea/ ha = 0,4 gram/ polybag) N2 (dengan 150 kg urea/ ha = 0,5 gram/ polybag) dan seterusnya. Jadi dari beberapa perlakuan tersebut dapat diakatakan bahwa, urea 1 gram/m2 = 0,04 gram/polybag.
Dari perlakuan V2N0 dapat diartikan bahwa varietas yang digunakan adalah varietas 2 (IR-64) dengan perlakuan tanpa pupuk urea (N0). Tinggi tanaman dari perlakuan V2N0 tersebut didapatkan tinggi tanaman padi berturut-turut dari 1 HST adalah 18,5 cm ; 35,75 cm; 47,5 cm; 57 cm; 64,4 cm; 66,8 cm; 74 cm; 74 cm; dan 74 cm. Hal ini berarti setiap minggunya tanaman padi mengalami pertambahan tinggi. Dengan total anakan untuk perlakuan V2N0 adalah 2 buah.
Apabila dibandingkan dengan perlakuan lain, seperti N1, N2, N3 dan N4, maka tinggi tanaman perlakuan N0 lebih rendah dari perlakuan lainnya tersebut. Hal ini disebabkan karena perlakuan N0 tanpa menggunakan pupuk urea (pupuk N), sedangkan untuk untuk perlakuan lainnya menggunakan pupuk urea pada berbagai dosis. Pupuk urea atau pupuk N merupakan salah satu pupuk yang berperan aktif dalam perkembangan vegetatif tumbuhan, seperti tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah daun, pembentukan tunas dan lain sebagainya.
Rusdi (2001), menjelaskan bahwa semakin tinggi pupuk urea yang diberikan ke tanaman, maka semakin tinggi suatu tanaman. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan data tinggi tanaman padi. Pada N0 rata-rata tingginya adalah 64,5 cm ; 64 cm dan; 52 cm. Pada N1 rata-rata tingginya adalah 93 cm; 85 cm; 89 cm, N2 rata-rata tingginya adalah 78 cm; 85 cm; 78,5 cm. Serta pada N4 rata-rata tingginya adalah 91 cm; 93 cm; 115 cm. Tinggi tanaman dengan perlakuan N0 lebih rendah dari perlakuan lainnya, yaitu perlakuan dengan dosis urea yang lebih tinggi.
Pada perlakuan N1 ternyata diperoleh data bahwa tinggi tanaman pada perlakuan tersebut lebih tinggi dari perlakuan N2, hal tersebut dimungkinkan karena kekurang-teraruran dalam hal penyiraman. Perlakuan N1 lebih sering disiram dari perlakuan N2, sehingga kebutuhan akan air terpenuhi.
Pada berbagai varietas, baik varietas 1 maupun varietas 2 ternyata tinggi tanaman dengan perlakuan N0 lebih rendah dari perlakuan lainnya. Tetapi, dilihat dari data rekapan, ternyata untuk tinggi tanaman varietas 1 (menthik) dengan varietas 2 (IR-64) berbeda. Tinggi tanaman varietas 1 rata-ratanya 83,53 cm, sedangkan untuk varietas 2 rata-rata tingginya adalah 85 cm. Tetapi, sesuai anova varietas padi tidak berbeda nyata terhadap tinggi tanaman padi.. Jadi dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi tinggi tanaman padi adalah dosis pupuk urea dan kebutuhan akan air.
Anakan pada tanaman padi, dibedakan menjadi anakan primer, sekunder, tersier dan sebagainya. Anakan primer merupakan anakan yang muncul pertama kali, kemudian disusul anakan kedua yang disebut anakan sekunder, kemudian tersier dan seterusnya (Anonimb, 2009).
Jumlah anakan pada perlakuan V2N0 adalah 2 buah, yang terdiri dari anakan primer. Sedikitnya jumlah anakan primer pada perlakuan V2N0 disebabkan karena tidak ditambahkannya urea pada perlakuan tersebut, sehingga pertumbuhan anakan juga tidak maksimal. Berbeda dengan perlakuan V2N1, V2N2 dan seterusnya, serta pada varietas 1 (V1). Semakin tinggi dosis pupuk urea yang diberikan maka semakin banyak pula anakan tanaman padi yang muncul. Untuk varietas dari tanaman padi, tidak berpengaruh nyata terhadap munculnya aknakan padi. (Sesuai dengan anova, didapat P = 0,843). Walaupun, pada hasil pengamatan, varietas 1 jumlah rata-rata anakan adalah 11, sedang pada varietas 2 adalah 10,53.
Anova hubungan antara tinggi tanaman padi dengan varietas, diperoleh P = 0,752. hal ini menunjukkan tidak berbeda nyata antara varietas dengan tinggi tanaman padi. Varietas tanaman tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman padi. Anova tinggi tanaman padi dengan dosis pupuk urea, menunjukkan bahwa dosis berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman (nilai P=0,000). Selain berpengaruh nyata pada tinggi tanaman, dosis pupuk urea juga berpengaruh nyata pada jumlah anakan padi (diperoleh P=0,0001). Untuk anova jumlah anakan padi terhadap varietas, tidak berbeda nyata, jadi varietas tidak mempengaruhi jumlah anakan padi yang muncul (diperoleh P=0,843)
Fase pertumbuhan padi diantaranya periode vegetatif (60-70hari), meliputi fase perkecambahan dan pembentukan anakan. Sedangkan periode reproduktif (30 hari), meliputi fase berbunga; Terakhir fase pemasakan (masak susu, masak gabah/ kuning dan kelewat masak). Bagian tanaman padi secara morfologi, terdiri atas : akar, batang, pelepah, helaian daun, lidah daun/ ligula auricula/ telinga daun, bendera, buah dan bunga (Suardi, 2000).

PENGARUH INOKULASI DAN VARIETAS TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI (Glysin max. L (Meril)

ACARA I
PENGARUH INOKULASI DAN VARIETAS TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI
(Glysin max. L (Meril)

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Kebutuhan akan pangan sangatlah penting. Kita ketahui bahwa pangan merupakan kebutuhan manusia yang paling azasi, sehingga ketersediaan pangan bagi masyarakat harus selalu terjamin. Beras sebagai pangan pokok sebagian besar masyarakat Indonesia dituntut tersedia dalam jumlah/ kuantitas yang seimbang, berkualitas, serta terjangkau (Rachman dkk, 2003).
Salah satu tanaman pangan yang berkembang di Indonesia adalah kedelai (Glysin max. L (Meril). Di Indonesia sendiri terdapat beragam jenis kedelai, seperti kedelai hitam, kedelai putih dan lain sebagainya. Kedelai banyak mengandung metabolit primer seperti protein 42% dan lemak 18% sehingga kedelai digunakan sebagai bahan utaman lauk pauk.
Gardner, dalam bukunya Soy Bean Breading for Multiple and Intensive Cropping System, menyebutkan bahwa kedelai merupakan tanaman polong-polongan yang menjadi bahan dasar dalam pembuatan makanan seperti kecap, tahu maupun tempe. Varietas kedelai putih (Glysin max) memiliki ciri morfologi berwarna putih yang bijinya bisa berwarna kuning (seperti kedelai pada umumnya, yang sering terlihat di pasaran) sedangkan untuk Glysin soja (kedelai hitam) memiliki ciri morfologi, bijinya berwarna hitam
Peningkatan produksi kedelai dapat dilakukan dengan inokulasi benih dengan inokulum Rhizobium. Inokulum ini bertujuan untuk meningkatkan perbintilan akar, dimana bintil akar ini hasil simbiosis bakteri Rhizobium dengan tanaman kedelai dan merupakan tempat hidup bagi bakteri Rhizobium yang mampu mengikat Nitrogen udara, sehingga menyediakan kebutuhan akan N bagi tanaman kedelai.
Produksi kedelai yang belum maksimal menyebabkan kebutuhan akan kedelai bagi masyarakat Indonesia belum tercukupi dan swasembada kedelaipun belum terpenuhi. Padahal kita tahu akan permintaan kedelai semakin meningkat seiring bertambahnya waktu.
2. Tujuan Praktikum
Praktikum acara inokulasi kedelai, bertujuan untuk :
a. Mempelajari dan mengetahui pertumbuhan vegetatif kedelai.
b. Mengetahui pengaruh pemberian inokulan terhadap perbintilan akar. tanaman kedelai
3. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum acara Inokulasi Kedelai dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2009 di lahan Fakultas Pertanian Universitas Pertanian UNS, Kecamatan Jumantono, Kabupaten Karanganyar.
B. Tinjauan Pustaka
Mengatasi keterbatasan unsur hara, seperti Nitrogen pada lahan kering, hal yang dapat dilakukan adalah dengan pemupukan, karena kedelai merupakan tanaman legum yang mampu bersimbiosis dengan bakteri Rhizobium japonicum L. dan akhirnya membentuk bintil akar, dan mampu mengikat nitrogen di udara (Gardner et al, 2000).
Kedelai adalah tanaman serbaguna. Hal tersebut dapat dilihat dari morfologi kedelai itu sendiri. Akar dari kedelai memiliki bintil sebagai pengikat nitrogen bebas, dimana bintil tersebut ada yang efektif maupun non efektif. Tanaman kedelai juga memilki kandungan protein tinggi sebesar 42%, sehingga dedaunannya dapat dimanfaatkan sebagai pupuk hijau dan bagus untuk ternak. Biji dari kedelai juga memilliki multi fungsi, yaitu digunakan sebagai bahan dasar tempe, tahu, susu, kecap dan lain sebagainya. Selain itu kandungan isoflavon di dalam kedelai dimanfaatkan untuk menimbun lemak serta menghancurkan lemak pada lingkar pinggang. Sehingga kedelai banyak dimanfaatkan sebagai makanan diet yang baik (Anonima, 2009).
Amerika serikat merupakan negara penghasil kedelai terbesar di dunia. Kedelai merupakan tanaman hari panjang, sehingga sangat cocok dibudidayakan di Amerika serikat yang juga memiliki empat musim. Di Indonesia yang merupakan hari pendek, budidaya kedelaipun dapat dilakukan, walaupun hasilnya tidak sebagus di Amerika. Di Indonesia, kedelai dimanfaatkan sebagai sumber gizi/ protein utama dan tidak digunakan untuk keperluan industri (Suroto, 2001).
Kedelai dengan nama latin Glysin max merupakan tanaman asli Asia subtropik seperti Tiongkok dan Jepang bagian selatan. Sementara untuk Glisin soja merupakan kedelai hitam yang berasal dari daerah Asia tropis atau Asia tenggara. Dimana, tanaman kedelai banyak mengandung protein nabati dan minyak nabati dunia yang bermanfaat bagi manusia (Yutono, 2001).
Kedelai memiliki jenis yang sangat beragam, seperti kedelai hitam, kedelai putih dan lain sebagainya. Kedelai banyak mengandung metabolit primer seperti protein 42% dan lemak 18% sehingga kedelai digunakan sebagai bahan utaman lauk pauk. Varietas kedelai putih (Glysin max) memiliki ciri bijinya bisa berwarna kuning, sedangkan untuk Glysin soja (kedelai hitam) memiliki ciri morfologi, bijinya berwarna hitam (Anonimb, 2009).
C. Alat Bahan dan Cara Kerja
1. Alat
Pisau/ cutter Sekop/ cethok
Alat tulis Papan nama
Rafia Meteran
Tugal
2. Bahan
Kedelai
Tanah/ lahan
3. Cara Kerja
a. Menyiapkan lahan dan petak tanam dengan ukuran 3 x 3 m.
b. Membasahi benih kedelai dengan air kemudian mencampurnya dengan legin dan mengangin-anginkannya selama satu jam.
c. Menanam benih kedelai masing-masing dua-tiga biji perlubang tanam dengan jarak 25 x 25 cm.
d. Melakukan penyirama setiap hari.
e. Melakukan penyulaman setelah satu minggu.
f. Melakukan pengamatan tinggi tanaman setiap minggunya pada enam tanaman sampel.
g. Melakukan pengamatan pada 42 HST, meliputi jumlah bintil akar keseluruhan (efektif dan non-efektif).
D. Hasil dan Pembahasan
1. Hasil
Tabel 1.1 Data Rekapan Kedelai
Rplik Var Ino tnggi mncul Jml
cab jml
pol Berat 100 efektif Non
efktif jml
biji BKA Lgin+var repli
1 1 0 15,56 35 2,8 5,0 3,36 0 1 2 0,358 1
2 1 0 28,36 35 2,4 52,0 13,84 2 3 3 0,920 1
1 1 1 27,16 42 7,0 20,5 16,21 2 0 2 1,002 2
2 1 1 28,36 42 4,0 5,0 24,73 0 0 2 0,260 2
1 2 0 25,75 35 6,0 40,0 15,13 5 1 2 1,490 11
2 2 0 36,60 42 9,5 16,0 4,01 9 0 2 0,450 11
1 2 1 27,33 42 16 35,0 7,09 34 12 3 0,740 12
2 2 1 30,80 42 4,3 51,8 3,05 4 1 3 0,430 12
Sumber : Data Rekapan








2. Pembahasan
Inokulasi merupakan usaha yang dilakukan untuk meningkatkan hasil produksi. Dari hasil praktikum inokulasi kedelai, dapat dilihat bahwa pemberian inokulan berpengaruh terhadap tinggi tanaman kedelai. Pada varietas 1 pada benih yang tidak diinokulasi dapat terlihat bahwa tinggi untuk tanaman kedelai sebesar 15,56 cm. Sedang tetap pada varietas 1 dan benih diinokulasi, hasilnya lebih tinggi, yaitu sebesar 27,16 cm. Hal tersebut juga dapat dikuatkan dengan perlakuan yang lain. Pada varietas 2, benih kedelai yang tidak diinokulasi memiliki tinggi tanaman 25,75 cm sedangkan untuk kedelai yang diinokulasi tingginya mencapai 27,33 cm.
Perbedaan tinggi tanaman kedelai hasil praktikum, selain pemberian inokulum, faktor yang mempengaruhi tinggi kedelai adalah varietas dari kedelai tersebut. Pada hasil praktikum diperoleh bahwa varietas 2 lebih unggul dalam hal tinggi tanaman dibanding varietas 1.
Dalam bukunya, Gardner (2000) menjelaskan bahwa, Rhizobium yang bersimbiosis dengan tanaman kedelai, tanaman kedelai ini nantinya akan memperoleh asam amino. Asam amino dimanfaatkan tumbuhan dalam hubungannya dengan proses pertumbuhan, khususnya tinggi tanaman. Karena, asam amino akan menyebabkan peningkatan pada fotosintesis. Tanaman akan terlihat lebih hijau karena pasokkan nitrogen yang optimal.
Pertumbuhan generatif tanaman ditunjukkan dengan tumbuhnya bunga. Saat muncul bunga pada tanaman kedelai, pada varietas 1 waktu yang diperlukan untuk muncul bunga lebih sedikit dari varietas 2. Varietas satu memerlukan waktu 35, 28, 42 dan 42 hari. Sedangkan untuk varietas dua memerlukan waktu 35, 42, 42, dan 42 hari.
Jika dilihat dari perlakuan pemberian inokulum, dapat diketahui bahwa dengan pemberian inokulum, waktu yang diperlukan saat muncul bunga lebih lama dari perlakuan tanpa inokulum. Dapat disimpulkan bahwa pemberian inokulum menyebabkan pertumbuhan generatif semakin lama. Hal ini disebabkan karena pemberian inokulum menjadikan pertumbuhan vegetatif semakin cepat sedangkan generatif lebih lama, karena dengan pemberian inokulum, tanaman kedelai bersimbiosis dengan Rhizobium yang mampu mengikat nitrogen di udara, sedangkan nitrogen merupakan salah satu unsur hara makro yang dibutuhkan untuk mempercepat pertumbuhan vegetatif (Rachman, 2001).
Jumlah cabang pada tanaman kedelai bervariasi. Pada varietas 1 tanpa inokulum rata-rata jumlah cabang sebesar 2,6 sedangkan untuk perlakuan dengan inokulum rata-rata jumlah cabang sebesar 5,5. Pada varietas 2 perlakuan tanpa inokulum, didapat jumlah cabang rata-rata adalah sejumlah 7,75 dan perlakuan dengan inokulum sejumlah 10,15. Jadi, jumlah cabang terbesar yaitu pada varietas 2 dan dengan benih yang diinokulasi.
Apabila dikaitkan dengan jumlah polong pertanaman. Rata-rata jumlah polong tanaman varietas 1 tanpa inokulasi adalah sejumlah 28,5. sedangkan untuk perlakuan yang diinokulasi sejumlah 12,7. Pada varietas 2 jumlah polong tanpa inokulasi adalah sejumlah 28, sedangkan untuk perlakuan dengan inokulasi adalah sejumlah 43,4. Hal tersebut membuktikan bahwa varietas 2 dan dengan benih yang diinokulasi memberikan jumlah polong yang terbesar.
Tanaman legum yang mampu bersimbiosis dengan bakteri Rhizobium japonicum L. dan akhirnya membentuk bintil akar, dan mampu mengikat nitrogen di udara. Dari data yang diperoleh, didapatkan bintil efektif pada varietas 1 tanpa inokulum rata-ratanya sejumlah 1 dan rata-rata jumlah bintil tidak efektif adalah 2, sedangkan pada tanaman dengan inokulum rata-rata bintil akar efektif sejumlah 1 dan tidak efektif sejumlah 2. Pada varietas 2 pada perlakuan tanpa inokulum didapat rata-rata bintil efektif sejumlah 7 dan rata-rata jumlah bintil tidak efektifnya 2. Untuk tanaman dengan inokulum rata-rata jumlah bintil efektif dan tidak efektif berturut-turut sejumlah 19 dan 3. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan dengan benih yang diinokulasi dapat memberikan hasil yang baik (Gardner et al, 2000).
Berat kering akar kedelai dari tanaman tanpa inokulum dengan benih berinokulum, didapat berat kering tertinggi pada perlakuan dengan inokulum (untuk varietas 1), sedang untuk varietas 2, didapatkan berat kering tertinggi pada perlakuan tanpa inokulum.
Pertumbuhan vegetatif pada kedelai dapat dilihat dari tinggi tanaman kedelai, jumlah daun dan jumlah cabang (sebelum muncul bunga). Lama fase vegetatif beragam, pada tanaman kedelai tanpa inokulan fase vegetatif kurang lebih 35 HST, sedangkan pada perlakuan dengan inokulan mencapai 42 HST.
Anova antara tinggi kedelai dengan varietas, menunjukkan tidak berbeda nyata. Didapat P=0,230, jadi varietas tidak mempengaruhi tinggi tanaman kedelai. Karena tinggi atau tidaknya tanaman kedelai, dipengaruhi oleh pemupukan, pemeliharaan dan perawatan kedelai. Anova tinggi tanaman kedelai terhadap inokulasi tidak memberikan pengaruh nyata pula. Hal ini berarti pemberian inokulan tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman kedelai. Diperoleh nilai P = 0,591.
Nilai P dari anova saat muncul bunga terhadap varietas, tidak memberikan pengaruh nyata. Nilai P=0,390. Hal ini dikarenakan, muncul tidaknya bunga tergantung pemberian nutrisi/ hara yang dibutuhkan oleh tanaman kedelai.
Inokulasi memberikan pengaruh yang nyata terhadap saat muncul bunga tanaman kedelai. Hal tersebut dapat ditunjukkan dengan nilai P=0,0050 pada anova. Waktu yang diperlukan saat muncul bunga untuk kedelai dengan perlakuan inokulum, lebih lama dari perlakuan tanpa inokulum.
Jumlah cabang tidak memberikan pengaruh nyata terhadap varietas maupun dengan inokulasi. Begitu pula dengan jumlah polong pertanaman juga tidak memberikan pengaruh nyata baik terhadap varietas maupun inokulasi. Jumlah polong dipengaruhi oleh dosis pupuk yang tepat serta pemeliharaan tanaman. Jadi, dengan ditambahkannya inokulan, tidak memberikan pengaruh yang signifikan. Walaupun di dalam rekapan data diperoleh hasil, bahwa varietas 2 dengan benih yang diinokulasi memberikan jumlah polong yang paling banyak. Kalaupun memberikan pengaruh seperti pada data tersebut, sifatnya hanya relatif .