Assalamu'alaykum wr wb

ni die blog aku Punya...
Semoga Isi di dalamnya bermanfaat untuk teman-teman, kakak-kakak, adik-adik, embah-embah, semuanya aja....
kalau aja ada statement yg gak banget tuk dibaca, saya selaku pemilik sekaligus penulis sekaligus pengelola blog ini minta maaPh yang segeDhe gedHenya....OK!!!
Keep Smile anD Keep fIgHT...
ALWAys do the besT, ALthougH we areN't The besT...

Jumat, Juni 19, 2009

IV. PENENTUAN KADAR VITAMIN C

A. Pendahuluan
1. Latar belakang
Vitamin adalah suatu zat senyawa kompleks yang sangat dibutuhkan oleh tubuh kita yang berfungsi untuk mambantu pengaturan atau proses kegiatan tubuh. Tanpa vitamin manusia, hewan dan makhluk hidup lainnya tidak akan dapat melakukan aktifitas hidup dan kekurangan vitamin dapat menyebabkan memperbesar peluang terkena penyakit pada tubuh kita. Vitamin berdasarkan kelarutannya di dalam air, yaitu Vitamin yang larut di dalam air : Vitamin B dan Vitamin C dan Vitamin yang tidak larut di dalam air : Vitamin A, D, E, dan K atau disingkat Vitamin ADEK (Anonim, 2009b)
Kebutuhan untuk vitamin C adalah 60 mg/hari, tapi hal ini bervariasi pada setiap individu. Stres fisik seperti luka bakar, infeksi, keracunan logam berat, rokok, penggunaan terus-menerus obat-obatan tertentu (termasuk aspirin, obat tidur) meningkatkan kebutuhan tubuh akan vitamin C. Perokok membutuhkan vitamin C sekitar 100 mg/hari.
Buah dan sayuran mengandung banyak vitamin C. Beberapa buah yang memiliki kandungan vitamin C diantaranya alpukat yang menawarkan asam lemak yang sehat, vitamin, dan mineral seperti kalsium. Menurunkan kolesterol sementara meningkatkan karbohidrat. Baik untuk malnutrisi dan kulit yang kering. Ada juga anggur yang sangat baik untuk meningkatkan energi tubuh. Mereka merupakan bahan yang sangat baik untuk ginjal dan hati, dan kaya akan senyawa yang mencegah pembentukan kanker. Baik untuk serangan jantung, kejang otot, kelelahan, infeksi virus, dan mencegah pembentukan lubang pada gigi.
Vitamin C (asam askorbat) penting untuk tubuh manusia. Karena sifatnya larut dalam air, vitamin C banyak terlibat membantu metabolisme energi. Vitamin ini tidak disimpan di dalam tubuh, tetapi dikeluarkan melalui urin dalam jumlah kecil. Karena itulah, vitamin C perlu dikonsumsi setiap hari untuk mencegah kekurangan yang dapat mengganggu fungsi tubuh normal.
2. Tujuan Praktikum
a. Untuk mengetahui kadar vitamin C dalam 100 g bahan.
b. Menentukan perbedaan kadar vitamin C pada kulit buah dan daging buah.
c. Menentukan kadar vitamin C pada buah pada berbagai stadia kemasakan.
3. Waktu dan Tempat praktikum
Praktikum acara IV. Penentuan Kadar Vitamin C, dillaksanakan di Laboratorium Ekologi Manajemen dan Produksi Tanaman, Fakultas Pertanian Unversitas Sebelas Maret, pada hari Selasa April 2009, Pukul 15.00 WIB.
B. Tinjauan Pustaka
Para ahli gizi, telah meneliti besarnya kandungan vitamin C pada setiap buah. Pada 1 buah jeruk yang berukuran sedang, memiliki kandungan vitamin C sebesar 66 mg, 1 cangkir jus anggur segar = 93 mg, 1/2 cangkir stroberi = 44 mg, 1 cangkir jus jeruk segar 124 mg, 1/2 blackberry = 15 mg, 1/2 pepaya ukuran sedang = 85 mg, 1/2 mangkuk brokoli mentah = 70 mg, dan 1/2 mangkuk bayam mentah = 14 mg. Untyk Kebutuhan dari vitamin adalah 60 mg/hari, tapi hal ini bervariasi pada setiap individu. Stres fisik seperti luka bakar, infeksi, keracunan logam berat, rokok, penggunaan terus-menerus obat-obatan tertentu (termasuk aspirin, obat tidur) meningkatkan kebutuhan tubuh akan vitamin C. Perokok membutuhkan vitamin C sekitar 100 mg/hari (Anonim, 2009a).
Buah melon kaya vitamin a dan c, melon oranye kaya akan beta karoten. jika dikombinasikan dengan lemon, dapat membantu menghilangkan asam urat. baik untuk membantu menghilangkan kanker paru-paru, obesitas, penyakit crohn, gangguan lambung. Buah Jeruk, lemon, dan limau adalah buah-buahan yang menghilangkan lemak, yang kaya akan vitamin C. baik untuk batuk pilek, hidung tersumbat, infeksi tenggorokan, melarutkan lemak, dan mengatur kolesterol. tomat kaya vitamin C dan beta karoten. Buah tomat mengandung lycopene, bahan pelawan kanker. tomat rendah natrium dan kalori serta kaya akan asam nitrat dan kalium. baik untuk nafsu makan yang rendah, gangguan hati, kelelahan, pms, hipoglikemia, infeksi ragi, gangguan prostat, dan kegemukan (Anonim, 2009a).
Cabai rawit ternyata mengandung vitamin C tinggi dan betakaroten (provitamin a) mengalahkan buah-buahan populer seperti mangga, nanas, pepaya, semangka. kadar mineralnya, terutama kalsium dan fosfornya meng-ungguli ikan segar. demikian juga dengan cabai hijau, memiliki kandungan vitamin C cukup besar. sedangkan paprika terutama berwarna merah memiliki kandungan vitamin C dan betakaroten lebih banyak dibandingkan yang hijau (Anonim, 2009a).
Vitamin C mempunyai rumus C6H8C6 dalam bentuk murni merupakan kristal putih, tak berwarna, tidak bau dan mencair pada suhu 190-192 0C. Senyawa ini bersifat reduktor kuat dan mempunyai rasa asam. Sifat yang paling utama vitamin C adalah kemapuan mereduksi yang kuat dan mudah teroksidasi yang dikatalis oleh beberapa logam terutama Cu dan Ag (Patricia, 1983).
Sebuah buah konsumsi, jeruk besar mempunyai kedudukan ekonomi yang cukup tinggi. Menjadi nilai nutrisi tinggi yaitu beberapa macam vitamin, terutama vitamin C. Dalam 100 gr bagian jeruk besar yang dapat dimakan dikandung vitamin C sebanyak 43 mg dan vitamin A sebanyak 20 mg. Karena kandungan vitamin C dan Ayang cukup tinggi, maka jeruk ini mampu mencegah rabun dan sariawan (Setiawan, 1993 ).
Buah tomat yang merupakan buah yang mengandung vitamin C, ternyata juga banyak mengandung mineral. Satu buah tomat mengandung 30 kalori, vitamin C 40 mg, vitamin A 1500 SI, zat besi dan kalsium. Karena tingginya kandungan vitamin, kalsium serta rendahnya lemak dan kalori, buah tomat ini tidak menggemukkan (Tugiyono, 1990)

Vitamin berasal dari kata vita(hidup) dan amin (gugusan NH2). Vitamin dapat membantu kerja enzim, seperti pada vitamin B-komplek yang berfungsi sebagai koenzim dari beberapa enzim tertentu. Pada tanaman tingkat tinggi yang berkhlorofil tidak semua bagiannya memproduksi vitamin, jadi bagian yang kekurangan vitamin akan menerima vitamin dari bagian tanaman yang kelebihan (translokasi vitamin). Contoh yang terjadi pada tanaman adalah apabila daun-daun tua yang kekurangan vitamin, ia akan mendapat vitamin dari daun-daun muda. Contoh lain misalnya dari daun ke bagian akar begitu juga sebaliknya (Dwiseputro dkk, 1980).
Vitamin C merupakan senyawa yang sangat mudah larut dalam air, mempunyai sifat asam dan sifat pereduksi yang kuat. Sifat tersebut terutama disebabkan adanya struktur eradial yang berkonjugasi dengan gugus karbonil dalam cincin lekton. Bentuk vitamin C yang ada di alam terutama adalah L-asam askorbat, D-asam askorbat jarang terdapat di alam dan hanya dimiliki 10% aktivitas vitamin C (Andarwulan N dan Kuswano S, 1992).
C. Bahan, Alat, dan Cara Kerja
1. Bahan
a. Jeruk (Citrus sp) (hijau dan kuning)
b. Cabai (Hijau dan merah)
c. Tomat (Lycopersicum esculentum) (merah dan kuning)
d. Jambu (Psidium guajava) (mentah dan matang)
2. Alat

a. Mortir dan penumbuknya
b. Pisau stainless steel
c. Neraca analitis
d. Gelas arloji
e. Gelas ukur 50 cc
f. Lampu spiritus/kompor
g. Gelas pengaduk
h. Erlenmeyer 250 cc (2 buah)
i. Corong
j. Kertas filter
k. Mikro buret
l. Pipet volume 25 cc
m. Botol warna gelap
n. Beaker glass 400 cc (2 buah) dan 100 cc (1 buah)
o. Pipet tetes 1 cc

3. Cara kerja
Metode titrasi iodine
a. Membelah buah jambu dan memeras, kemudian menyaringnya.
b. Mengambil 5 ml cairan buah dengan menggunakan pipet dan memasukkannya ke dalam erlenmeyer.
c. Menambahkan 20 ml aquadest dan 2 ml larutan amilum 1%.
d. Menitrasi dengan 0,001 N larutan iodine (1 liter larutan mengandumg 16 kg Kj)
e. Mengamati perubahan warnanya dengan membandingkan dengan larutan pembanding.
D. Hasil dan Analisis Hasil Pengamatan
1. Hasil pengamatan
Tabel 4.1 Pengamatan Data Rekapan Kadar Vitamin C pada Beberapa Macam Buah dan Sayur
Ulangan Jambu Cabai Tomat Jeruk
mentah matang hijau merah merah kuning hijau Kuning
1 36,7 48,4 13,36 35,64 14,96 10,78 9,68 5,72
2 19,18 38,72 35,42 45,95 18,92 7,92 40,92 6,6
3 9,68 35,2 7,04 55,44 8,8 7,04 10,12 9,24
Rata-rata 21,85 40,77 18,61 45,67 14,22 8,58 20,24 7,18
Sumber : Laporan sementara
2. Analisis hasil pengamatan
Kadar vitamin C = ml iodine x 0,88
Kadar vitamin C pada jambu matang = 44 ml x 0,88 = 5,984
= 38,72

E. Pembahasan
Penentuan kadar vitamin C pada acara IV, bertujuan untuk menentukan kadar vitamin C pada beberapa komoditas hortikultura. Pada praktikum ini menggunakan metode titrasi iodine dan bahan yang digunakan jeruk (hijau dan kuning), tomat (merah dan kuning), jambu (mentah dan matang) dan cabai (hijau dan merah). Untuk kelompok 10 bahan yang digunakan yaitu jambu matang (Psidium guajava)
Vitamin C (asam askorbat/C6H8O6) penting untuk tubuh manusia. Karena sifatnya larut dalam air, vitamin C banyak terlibat membantu metabolisme energi. Vitamin ini tidak disimpan di dalam tubuh, tetapi dikeluarkan melalui urin dalam jumlah kecil. Karena itulah, vitamin C perlu dikonsumsi setiap hari untuk mencegah kekurangan yang dapat mengganggu fungsi tubuh normal (Anonim, 2009a)
Jambu matang yang telah dibelah kemudian ditumbuh menggunakan mortir dan penumbuknya, kemudian diperas diambil sari/cairannya kurang lebih 5 ml dan dimasukkan dalam gelas ukur. Setelah ditambahkan 20 ml aquadest, dititrasi dengan iodine 0,001 N. Titrasi dihentikan setelah terjadi perubahan warna, volume iodine yang menyebabkan perubahan warna dikalikan 0.88 untuk mendapatkan nilai dari kadar vitamin C dari bahan-bahan tersebut. Warna pertama sebelum dititrasi adalah warna merah muda (pink), kemudian setelah dititrasi dengan iodine 44 ml, berwarna merah keruh.
Penentuan secara titrasi iodine, tidak efektif untuk mengukur kandungan asam askorbat dalam bahan pangan, karena adanya komponen lain selain vitamin C yang juga bersifat pereduksi. Senyawa-senyawa tersebut mempunyai warna titik akhir titrasi yang sama dengan titik akhir titrasi askorbat dengan iodine. Pengukuran vitamin C dengan titrasi menggunakan 2,6 Dichlorophenol-indopenol. 2,6 ini akan berwarna biru dalam alkali/basa dan netral, serta berwarna merah jambu (pink) dalam asam (Andarwulan dan Kuswara, 1992 ).
Dari hasil rekapan, untuk kelompok 10 diperoleh data untuk kadar vitamin C pada jambu matang sebesar 38,72 dengan mengalikan 0,88 dengan iodine yang digunakan untuk titrasi (44ml).
Dari data yang dapat dilihat dari tabel rekapan, diketahui kadar vitamin C rata-rata yang tertinggi adalah cabai merah, yaitu sebesar 45,67. Dari literatur yang diperoleh dari www.food-info.net/id/vita/water,, cabai rawit ternyata mengandung vitamin C tinggi dan betakaroten (provitamin a) mengalahkan buah-buahan populer seperti mangga, nanas, pepaya, semangka. Kadar mineralnya, terutama kalsium (Ca) dan fosfor(P)nya mengungguli ikan segar, demikian juga dengan cabai hijau, memiliki kandungan vitamin C cukup besar.
Kadar vitamin C tertinggi kedua setelah cabai merah adalah jambu matang, yaitu sebesar 40,77, disusul jambu mentah (21,85) dan jeruk hijau (20,24). Dalam setiap 100 gram jambu masak, terdapat 0,9 gram protein, 0,3 gram lemak, 12,2 gram karbohidrat, 14 mg kalsium, 28 mg posfor, 1,1 mg Besi, 87 mg vitamin C dan 86 gram air. Kandungan vitamin C pada jambu biji 2x lipat dari jeruk manis yang hanya 49 mg/100 gram buah. Kandungan vitamin C dari jambu biji, biasanya terkandung dalam kulit dan daging buah bagian luar yang lunak dan tebal (Anonim, 2009c).
Dari referensi yang ditulis oleh Tugiyono, dijelaskan bahwa kandungan vitamin C pada tomat sebesar 40 mg, pada jambu 87 mg dan jeruk 49 mg. Hal tersebut telah sesuai dengan hasil pengamatan yang telah dilakukan, yaitu kadar vitamin C berturut-turut dari yang terbesar adalah cabai, jambu, jeruk dan tomat.
Kandungan vitamin C pada jambu memuncak saat menjelang matang dan jambu biji ini sanggup memenuhi kebutuhan harian anak berusia 13-20 tahun yang mencapai 80-100 mg/hari. Kebutuhan vitamin C orang dewasa mencapai 70-75 mg/ hari (Anonim, 2009d)
Berdasar hasil praktikum, kadar vitamin terendah terdapat pada jeruk kuning yaitu sebesar 7, 18 dan tomat kuning yaitu 8,58. Vitamin C terdapat pada buah-buahan yang memiliki tingkat keasaman tinggi, sedangkan tomat dan jeruk yang terlampau matang atau yang telah berwarna kuning, tingkat keasamannya rendah, karena itu memiliki kadar vitamin C yang rendah pula.
Fungsi dari vitamin C ialah antioksidan yang diperlukan oleh sekurang-kurangnya 300 fungsi metabolik dalam badan, termasuklah pertumbuhan dan penggantian tisu, fungsi kilang adrenal, dan untuk gusi yang sehat. Vitamin menolong dalam pengeluaran hormon anti-stress dan interferon, sejenis protin sistem imuniti yang penting dan diperlukan juga untuk metabolisma folik acid, tairosin, dan phenylalanine.
Gejala awal kekurangan vitamin C adalah pendarahan disekitar gigi dan merusak pembuluh darah di bawah kulit, menghasilkan pinpoint haemorrhages. Kekurangan banyak vitamin C berakibat pada sistem syaraf dan ketegangan otot. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan otot seperti juga rasa nyeri, gangguan syaraf dan depresi. Gejala selanjutnya adalah anemia, sering terkena infeksi, kulit kasar dan kegagalan dalam menyembuhkan luka. Ketika seseorang mengkonsumsi sejumlah besar vitamin C dalam bentuk suplemen dalam jangka panjang, tubuh menyesuaikannya dengan menghancurkan dan mengeluarkan kelebihan vitamin C dari pada biasanya. Jika konsumsi kemudian secara tiba-tiba dikurangi, tubuh tidak akan menghentikan proses ini, sehingga menyebabkan penyakit kudisan
Penyakit akibat defisiensi vitamin C (scurvy), ditandai dengan anemia, gusi seperti spons, kecenderungan perdarahan kapiler di bawah kulit, serta indurasi otot tungkai dan betis. Sementara efek samping dari penggunaan dosis besar vitamin C yang umum adalah diare. Gejala keracunan vitamin C adalah mual, kejang perut, diare, sakit kepala, kelelahan dan susah tidur. Hal ini juga dapat mengganggu tes medis, atau menyebabkan buang air kecil yang berlebihan dan membentuk batu ginjal (anonim, 2009b).
Kadar dari vitamin C, dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu Keadaan buah tersebut, semakin layu/kusut atau tidak segarnya vitamin menyebabkan kadar vitamin C yang terkandung dalam buah tersebut berkurang. Waktu dalam mengekstrasi juga mempengaruhi kadar vitamin C, semakin lama waktu mengekstrasi kandungan vitamin C akan semakin berkurang.








F. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Dari praktikum ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
a. Kadar vitamin C dari yang tertinggi sampai yang terendah berturut-turut adalah cabai, jambu, jeruk dan tomat.
b. Metode yang digunakan dalam penentuan kadar vitamin C adalah penentuan dengan titrasi iodine.
c. Semakin banyak iodine yang dibutuhkan untuk titrasi semakin tinggi kadar vitamin C suatu bahan.
d. Dari komoditi yang digunakan untuk praktikum, kadar vitamin C tertinggi ditemukan pada cabai merah dengan kadar rata-rata 3 ulangan adalah sebesar 45,67. Sedangkan untuk komoditi yang kadar vitamin C nya terendah adalah jeruk kuning yaitu : 7,18.
e. Kadar vitamin C jambu matang (Psidium guajava), dari hasil penelitian kelompok 10 adalah sebesar 38,72 dan Iodine yang diperlukan untuk titrasi adalah sebanyak 44ml. Sedangkan rata-rata dari ketiga ulangan sebesar 40,77.
f. Kandungan vitamin C pada buah jambu secara umum sebesar 87 mg, pada tomat 40 mg, pada dan jeruk 49 mg.
g. Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar vitamin C, diantaranya Keadaan buah tersebut (dalam keadaan segar/kisut), umur buah dan waktu dalam mengekstrasi.
2. Saran
Perlu diadakannya penelitian mengenai penentuan kadar iodine dengan titrasi menggunakan 2,6 Dichlorophenol-indopenol. Diduga metode titrasi iodine tidak efektif untuk mengukur kandungan asam askorbat/vitamin C dalam bahan pangan/hortikultura, karena adanya komponen lain selain vitamin C yang juga bersifat pereduksi.



DAFTAR PUSTAKA

Andarwulan, Nuri, Sutrisno, K. 1992. Kimia Vitamin. Rajawali Press. Jakarta.
Anonim. 2009a. www.food-info.net/id/vita/water.htm - 43k. (diakses tanggal 30 April 2009 pukul 15.00 WIB)
______. 2009b. insidewinme.blogspot.com/2007/11/bicara-vitamin-c.html - 89k (diakses tanggal 30 April 2009 pukul 15.00 WIB)
______. 2009c. Kandungan Vitamin C pada Daging dan Kulit Buah. Kompas.com/150317.htm. (diakses tanggal 01 Mei 2009 pukul 16.00 WIB)
______. 2009d. Kadar Vitamin C pada buah-buahan. www.dechacare.com-info-kesehatan (diakses tanggal 01 April 2009 pukul 16.00 WIB)
Dwijoseputro, D. Dkk. 1980. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT Gramedia. Jakarta
Patricia,H.1983. Food that Fight Cancer. Mc Clelland dan stewart. Ltd. Canada.
Setiawan,A.T. 1993. Usaha Pembudidayaan Jeruk Besar. Jurnal Penelitian Agronomi. 4 (2) : 50-55.
Tugiyono, herry. 1990. Bertanam Tomat. Penebar Swadaya. Jakarta
PENDAHULUAN
Pisang (Musa paradisiaca) merupakan salah satu tanaman buah tropis yang cukup berkembang di Indonesia. Pisang juga sebagai salah satu komoditas unggulan yang saat ini masih tetap menjadi kontributor utama (34,5%) terhadap produksi buah nasional. Hampir di setiap tempat kita dengan mudah menemukan tanaman pisang. Indonesia termasuk salah satu negara tropis yang memasok pisang segar/kering ke Jepang, Hongkong, Cina, Singapura, Arab, Australia, Negeri Belanda, Amerika Serikat dan Perancis.
Pisang merupakan buah yang bergizi tinggi dan merupakan sumber vitamin, mineral dan juga karbohidrat. Kandungan gizi yang terdapat dalam setiap 100 gr buah pisang terdiri dari kalori 115 kalori, protein 1,2 gr, lemak 0,4 gr, karbohidrat 26,8 gr, serat 0,4 gr, kalsium 11 mg, posfor 43 mg, besi 1,2 mg, vitamin B 0,1 mg, vitamin C 2 mg, dan air 70,7 gr. Dengan komposisi tersebut, pisang dapat digunakan sebagai bahan pangan alternatif pengganti beras khususnya di daerah-daerah yang sering mengalami rawan pangan.
Pisang adalah tanaman buah berupa herba dan merupakan tanaman asli Asia Tenggara termasuk diantaranya adalah Indonesia sendiri. Tanaman ini kemudian menyebar ke Afrika (Madagaskar), Amerika Selatan dan Tengah. Di daerah-daerah di Indonesia, banyak dikenal bermacam-macam nama pisang, di Jawa barat, pisang disebut dengan Cau, di Jawa tengah dan Jawa timur dinamakan gedang.
Pisang dapat diusahakan pada berbagai type agroekosistem yang tersebar di seluruh nusantara. Keunggulan dari berbudidaya pisang diantaranya, permintaan pasar cukup besar dan produksinya tersedia merata sepanjang tahun. Memiliki bermacam varietas dengan berbagai kecocokan penggunaan. Usahatani pisang mampu memberikan hasil waktu yang relatif singkat (1–2 tahun). Disamping itu juga dapat dimanfaatkan sebagai tanaman penghijauan dan konservasi lahan karena tanaman pisang sangat baik dalam menahan air.
Walaupun dalam berbudidaya pisang dapat dikatakan mudah dan Indonesia sendiri juga salah satu pemasok buah pisang, tentu banyak kendala-kendala dalam pembudidayaan pisang tersebut. Dalam paper ini akan dipaparkan beberapa kendala/permasalahan dalam berbudidaya tanaman pisang, berikut cara pemecahannya/problem solving.

PERMASALAHAN DALAM BUDIDAYA PISANG
(Musa paradisiaca)
Jenis pisang yang ada di Indonesia, sangat beragam. Berbagai jenis pisang yang dibudidayakan oleh para petani di Indonesia, diantaranya dibagi menjadi empat :
1. Pisang yang dimakan buahnya tanpa dimasak yaitu M. paradisiaca var Sapientum, M. nana atau disebut juga M. cavendishii, M. sinensis. Misalnya pisang ambon, susu, raja, cavendish, barangan dan mas.
2. Pisang yang dimakan setelah buahnya dimasak yaitu M. paradisiaca forma typicaatau disebut juga M. paradisiaca normalis. Misalnya pisang nangka, tanduk dan kepok.
3. Pisang berbiji yaitu M. brachycarpa yang di Indonesia dimanfaatkan daunnya. Misalnya pisang batu dan klutuk.
4. Pisang yang diambil seratnya misalnya pisang manila (abaca).
Permasalahan yang terjadi dalam pembudidayaan pisang paling besar adalah masalah hama dan penyakit, karena pisang rentan terhadap serangan hama dan penyakit.
Beberapa permasalahan dalam budidaya pisang, diantaranya :
1. Pisang sangat rentan terhadap hama dan penyakit
a. Penyakit layu bakteri atau penyakit Moko disebabkan oleh Pseudomonas solanacearum dan dapat membunuh pohon pisang yang terserang hanya dalam jangka waktu satu sampai dua minggu.
b. Penyakit Layu Fusarium dan Layu Bakteri Ralstonia (penyakit darah) yang mudah menyerang tanaman pisang.
c. Penyakit-penyakit virus mencakup penyakit pucuk menjurai (bunchy top), mosaik, dan mosaik braktea.
d. Serangga hama yang paling berbahaya adalah kumbang penggerek pisang (Cosmopolitis sordidus).
e. Dua macam 'thrips' menyerang tanaman pisang.
f. Nematoda-pelubang (Radopholus similis) adalah jenis nematoda yang paling merusak.
2. Sentra produksi pisang yang bersifat terpencar (spot) dengan skala usaha yang tidak ekonomis menyebabkan perdagangan pisang kurang berkembang dengan baik. Beberapa sentra pisang di Indonesia adalah Kaltim kawasan Taman Nasional Kutai (TNK) yang sekarang menjadi kebun pisang, Jawa dan Sulawesi.
3. Tingkat produksi dan produktivitas masih rendah. Hal ini antara lain dikarenakan:
a) Petani pada umumnya belum menerapkan praktek budidaya yang baik (GAP).
b) Sarana pengairan umumnya belum tersedia.
c) Serangan penyakit layu masih relatif tinggi.
4. Mutu produk yang dihasilkan pada umumnya sebagian besar masih kurang baik, hal ini dikarenakan:
a) Petani pada umumnya belum menerapkan pemeliharaan buah dan teknologi pasca panen yang baik dan benar (pembrongsongan buah, cara pemetikan yang benar, sortasi dan pencucian).
b) Keterbatasan modal petani sehingga memanen buah belum mencapai tingkat kematangan optimal.
c) Kelompok tani yang ada belum berfungsi dengan baik dalam mengelola kawasan kebun.
5. Dalam pemasaran, petani sangat sulit mendapatkan informasi pasar, baik jenis, jumlah dan waktunya, sehingga pada saat panen raya, harga pisang ditingkat petani jatuh.
6. Teknologi pengolahan belum tersosialisasikan sepenuhnya di lapang serta keterbatasan sarana pengolahan.
7. Beras sebagai bahan pangan pokok telah membudaya sehingga untuk beralih ke buah pisang sebagai sumber karbohidrat perlu waktu.
8. Adanya anggapan yang keliru di masyarakat bahwa makanan pokok beras lebih bergengsi dibandingkan non beras.
PEMECAHAN MASALAH
Untuk mengatasi permasalahan tersebut perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Digalakkan pemberantasan hama ialah penghancuran fisik maupun kimiawi (herbisida) pada tanaman yang terserang.
2. Tanaman pisang yang telah terserang penyakit, sebaiknya dikarantina agar tidak menular ke tanaman yang sehat lain .
3. Perlu sosialisasi bahwa pisang dapat sebagai sumber karbohidrat alternatif atau sebagai bahan pangan pokok.
4. Untuk mendorong masyarakat menyukai pisang sebagai sumber karbohidrat perlu disosialisasikan penganekaragaman pengolahan.
5. Perlu inventarisasi lahan potensial untuk pengembangan pisang
6. Perlu sosialisasi teknologi budidaya dan penanganan pasca panen, serta pengolahan pisang.
7. Penyediaan sarana pengairan untuk pengembangan pisang.
8. Pemberdayaan kelompok tani.
9. Fasilitasi akses permodalan bagi petani.
10. Dukungan Instansi Terkait. Pelaksanaan pengembangan pisang sebagai sumber karbohidrat alternatif perlu dukungan berbagai instansi seperti:
 Departemen Pertanian (Ditjen Perkebunan, Ditjen. P2HP, Ditjen PLA, Badan Litbang Pertanian, Badan Ketahanan Pangan, Setjen, Badan PSDMP)
 Departemen PU (Pekerjaan Umum)
 Departemen Kehutanan
 Departemen Kesehatan
 Kementrian Koperasi dan UKM (Usaha Kecil Menengah), khususnya terkait masalah pascapanen pisang.
 Departemen Perhubungan, mengenai pendistribusian pisang.
 Departemen Perdagangan
 Pemerintah Daerah
 Perbankan.