Assalamu'alaykum wr wb

ni die blog aku Punya...
Semoga Isi di dalamnya bermanfaat untuk teman-teman, kakak-kakak, adik-adik, embah-embah, semuanya aja....
kalau aja ada statement yg gak banget tuk dibaca, saya selaku pemilik sekaligus penulis sekaligus pengelola blog ini minta maaPh yang segeDhe gedHenya....OK!!!
Keep Smile anD Keep fIgHT...
ALWAys do the besT, ALthougH we areN't The besT...

Senin, Mei 11, 2009

PERMASALAHAN DALAM BUDIDAYA PISANG

PERMASALAHAN DALAM BUDIDAYA PISANG
(Musa paradisiaca)
Jenis pisang yang ada di Indonesia, sangat beragam. Berbagai jenis pisang yang dibudidayakan oleh para petani di Indonesia, diantaranya dibagi menjadi empat :
1. Pisang yang dimakan buahnya tanpa dimasak yaitu M. paradisiaca var Sapientum, M. nana atau disebut juga M. cavendishii, M. sinensis. Misalnya pisang ambon, susu, raja, cavendish, barangan dan mas.
2. Pisang yang dimakan setelah buahnya dimasak yaitu M. paradisiaca forma typicaatau disebut juga M. paradisiaca normalis. Misalnya pisang nangka, tanduk dan kepok.
3. Pisang berbiji yaitu M. brachycarpa yang di Indonesia dimanfaatkan daunnya. Misalnya pisang batu dan klutuk.
4. Pisang yang diambil seratnya misalnya pisang manila (abaca).
Permasalahan yang terjadi dalam pembudidayaan pisang paling besar adalah masalah hama dan penyakit, karena pisang rentan terhadap serangan hama dan penyakit.
Beberapa permasalahan dalam budidaya pisang, diantaranya :
1. Pisang sangat rentan terhadap hama dan penyakit
a. Penyakit layu bakteri atau penyakit Moko disebabkan oleh Pseudomonas solanacearum dan dapat membunuh pohon pisang yang terserang hanya dalam jangka waktu satu sampai dua minggu.
b. Penyakit Layu Fusarium dan Layu Bakteri Ralstonia (penyakit darah) yang mudah menyerang tanaman pisang.
c. Penyakit-penyakit virus mencakup penyakit pucuk menjurai (bunchy top), mosaik, dan mosaik braktea.
d. Serangga hama yang paling berbahaya adalah kumbang penggerek pisang (Cosmopolitis sordidus).
e. Dua macam 'thrips' menyerang tanaman pisang.
f. Nematoda-pelubang (Radopholus similis) adalah jenis nematoda yang paling merusak.
2. Sentra produksi pisang yang bersifat terpencar (spot) dengan skala usaha yang tidak ekonomis menyebabkan perdagangan pisang kurang berkembang dengan baik. Beberapa sentra pisang di Indonesia adalah Kaltim kawasan Taman Nasional Kutai (TNK) yang sekarang menjadi kebun pisang, Jawa dan Sulawesi.
3. Tingkat produksi dan produktivitas masih rendah. Hal ini antara lain dikarenakan:
a) Petani pada umumnya belum menerapkan praktek budidaya yang baik (GAP).
b) Sarana pengairan umumnya belum tersedia.
c) Serangan penyakit layu masih relatif tinggi.
4. Mutu produk yang dihasilkan pada umumnya sebagian besar masih kurang baik, hal ini dikarenakan:
a) Petani pada umumnya belum menerapkan pemeliharaan buah dan teknologi pasca panen yang baik dan benar (pembrongsongan buah, cara pemetikan yang benar, sortasi dan pencucian).
b) Keterbatasan modal petani sehingga memanen buah belum mencapai tingkat kematangan optimal.
c) Kelompok tani yang ada belum berfungsi dengan baik dalam mengelola kawasan kebun.
5. Dalam pemasaran, petani sangat sulit mendapatkan informasi pasar, baik jenis, jumlah dan waktunya, sehingga pada saat panen raya, harga pisang ditingkat petani jatuh.
6. Teknologi pengolahan belum tersosialisasikan sepenuhnya di lapang serta keterbatasan sarana pengolahan.
7. Beras sebagai bahan pangan pokok telah membudaya sehingga untuk beralih ke buah pisang sebagai sumber karbohidrat perlu waktu.
8. Adanya anggapan yang keliru di masyarakat bahwa makanan pokok beras lebih bergengsi dibandingkan non beras.
PEMECAHAN MASALAH
Untuk mengatasi permasalahan tersebut perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Digalakkan pemberantasan hama ialah penghancuran fisik maupun kimiawi (herbisida) pada tanaman yang terserang.
2. Tanaman pisang yang telah terserang penyakit, sebaiknya dikarantina agar tidak menular ke tanaman yang sehat lain .
3. Perlu sosialisasi bahwa pisang dapat sebagai sumber karbohidrat alternatif atau sebagai bahan pangan pokok.
4. Untuk mendorong masyarakat menyukai pisang sebagai sumber karbohidrat perlu disosialisasikan penganekaragaman pengolahan.
5. Perlu inventarisasi lahan potensial untuk pengembangan pisang
6. Perlu sosialisasi teknologi budidaya dan penanganan pasca panen, serta pengolahan pisang.
7. Penyediaan sarana pengairan untuk pengembangan pisang.
8. Pemberdayaan kelompok tani.
9. Fasilitasi akses permodalan bagi petani.
10. Dukungan Instansi Terkait. Pelaksanaan pengembangan pisang sebagai sumber karbohidrat alternatif perlu dukungan berbagai instansi seperti:
 Departemen Pertanian (Ditjen Perkebunan, Ditjen. P2HP, Ditjen PLA, Badan Litbang Pertanian, Badan Ketahanan Pangan, Setjen, Badan PSDMP)
 Departemen PU (Pekerjaan Umum)
 Departemen Kehutanan
 Departemen Kesehatan
 Kementrian Koperasi dan UKM (Usaha Kecil Menengah), khususnya terkait masalah pascapanen pisang.
 Departemen Perhubungan, mengenai pendistribusian pisang.
 Departemen Perdagangan
 Pemerintah Daerah
 Perbankan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar